Bom pecah lagi di Bali, harga minyak melonjak naik nggak kira-kira hingga 2X lipat. MasyAllah..ya Allah cobaan apa lagi ini yang menimpa bangsaku. Saya tak habis pikir, dan tak habis bingung. Soal bom bali part II, kalau ditelisik lebih jauh ada kemiripian pola dan waktunya. Saya bukan mau berandai-andai ataupun apalah namnya yang jelas sok tau melebihi aparat intel negeri ini. Yang jelas bom Bali part II ini terjadi pada daerah hiburan dan tepatnya malam minggu. Bukan tidak mungkin yang melakukannya adalah kelompok yang sama dengan pelaku bom Bali Part I.
Dugaan Menlu Australia Alexander Downer soal keterlibatan Jamaah Islamiyah pimpinan Abubakar Ba’asyir jelas-jelas memojokkan umat Islam. Hingga saat ini bukti otentik tentang keberadaan organisasi ini tak pernah jelas. Entah itu jelaspemimpinnya atau jelas organisasinya. Pada dasarnya penunjukan terhadap organisasi ini secara gamblang adalah memojokkan umat Islam. Umat Islam garis keras dituduh sebagai pelakunya begitulah kira-kira kesimpulannya. Mengutip perkataan ketua MPR-RI, beliau yang juga mantan Ketua PKS mengatakan, kira-kira begini tadi siang di TPI ”sesunguhnya dengan kejadian bom Bali ini adalah umat Islam yang terzalimi”. Saya sangat setuju dengan bapak Hidayat Nur Wahid tersebut, soalnya terlepas dari pelakunya kelak toh kalau tertangkap nota bene adalah seorang oknum yang beragama Islam, maka akan secara gampang semua telunjuk mengarah kepada umat Islam secara general. Padahal dalam agama Islam yang saya pelajari, saya tidak pernah mendapatkan pelajaran tentang jihad melakukan aksi-aksi teror seperti tersebut. Bahkan jika kita melakukan peperangan jihad dijalan Allah, kita dilarang menzalimi, anak-anak, orang tua yang tidak melawan, wanita serta kafir yang tidak melakukan perlawanan, dilarang menebang atau membunuh makhluk hidup.
Perlu kita ketahui, bahwa peraturan perang pertama yang sangat-sangat manusiawi dalam sejarah manusia adalah peraturan yang ditetapkan oleh Nabi Muhammad SAW. Tentunya kita masih ingat ketika membaca kembali sejarah bangsa- bangsa Romawi, ataupun kaum Barbar, Viking ketika menaklukan daerah jajahannya. Atau paling tidak kita bisa membaca komik Asterik contoh yang paling sederhana bagaimana bangsa Romawi menaklukan daerah jajahannya. Walaupun dibumbui dengan cerita-cerita yang konyol namun komik tersebut menggambarkan realita sosial yang terjadi pada masa itu. Pada masa itu (Romawi) perang penaklukan terhadap daerah-daerah merupakan perang terhadap seluruh bangsa bahkan cenderung mengarah kepada pemusnahan suatu bangsa.Perturan perang yang ditetapkan Nabi tersebut merupakan etika Jihad yang harus dipatuhi oleh kaum muslimin.
Suatu hal yang sangat menarik untuk disimak selain aturan jihad tersebut, saat ini mulai kelihatan terjadinya adanya pernyataan yang mengatakan bahwa jihad yang paling besar (jihad al-akbar) adalah jihad melawan hawa nafsu mujahadtun nafsi). Sedangkan jihad yang mengangkat senjata melawan orang kafir hanyalah jihad kecil. Biasanya ungkapan ini disertai dengan menyitir sebuah hadist Rasulullah SAW, sepulang beliau dari perang badar:
” kita telah kembali dari jihad yang lebih kecil kepada jihad yang lebih besar.” Para sahabat bertanya; ”Apakah jihad yang lebih besar itu?” Baginda menjawab: ”Jihad melawan hawa nafsu.”
Opini tersebut perlu diberi catatan dari beberapa sisi:
Hadist yang dijadikan ;adasan opini diatas “mardud” dinaifkan oleh banyak ulama hadist, diantaranya Al-Baihaqi, Al-Iraqi dan As-Suyuthi dalam Al Jami’ Ash-Shaghir, dikarenakan seorang perawinya bernama Yahya bi Al-A’la seorang yang tertuduh sebagai pemalsu hadist seperti yang dijelaskan Ibnu Hajar dalam Taqrib at-Tahzib. Jadi, pembagian jihad kepada jihad ashghar dan jihad akbar tidak mempunyai dalil yang kuat. Setelah diteliti lebih jauh lagi oleh Ibn HajarAl-Asqalani, hal tersebut bukanlah sabda nabi melainkan perkataan Ibrahim bin Ablah. Jadi bisa disimpulkan bahwa hadist tersebut adalah da’if, atau tidak bisa dipakai.
Pada dasarnya opini yang berkembang seperti itu adalah paham-paham sekuler yang menginginkan adanya pengaburan makna dan arti sebenarnya jihad, yang intinya menjauhkan umat Islam dari ajaran Islam itu sendiri. Sama ketika salah satu tokoh cendekiawan Indonesia yang pernah mengatakan “ Islam Yes Partai Islam no” banyak dipahami oleh kaum sekularis sebagai pernyataan yang mendukung paham mereka. Padahal (mungkin) maksud sang cendekiawan yang paham betul dengan kondisi umat Islam bahwa hingga saat ini(itu) umat Islam belum mampu bersatu dan membentuk sebuah partai.
Balik kepersoalan jihad, pada dasarnya jihad ialah membela agama Allah, yang pada dasarnya dengan cara seperti berperang atau mengorbankan harta dan nyawa, namun jihad juga mempunyai etika dan aturan yang harus dilakukan oleh para pelakunya. Jadi tidak seperti melakukan bom pada public area seperti yang kita lihat. Wallahualam...
No comments:
Post a Comment