
Sudah lebih hampir 60 tahun negeri kita secara merdeka secara fisik. Namun arti kemerdekaan secara ekonomi, budaya, sosial bahkan agama dan pendidikan tidak pernah dikecap anak bangsa ini secara merata. Bapak bangsa kita adalah sosok pemimpin yang sangat membenci kapitalisme dan imperialisme. Hampir dalam setiap pidato dan tulisannya ia mengungkapakan hal tersebut. Keterketakutannya akan timbulnya neo imperialisme dan neo kapitalisme telah menjadi kenyataan saat ini. Bangsa kita kembali terjajah dengan cara yang lebih halus.
Keberadaan ekonomi yang morat marit ditandai dengan jatuhnya nilai rupiah pada tahun1997 memberi dampak yang cukup signifikan terhadapa perekonomian negara ini. Dengan kedok memberi bantuan, institusi internasional yang bernama IMF memberi hutang dengan berbagai syarat yang mengikat kepada Indonesia. Privatisasi, deregulasi, strukturisasi dan lainnya dengan berbagai macam syarat yang inti nya mengambil alih BUMN terbaik negeri ini beserta sumber daya alamnya. Tak sulit memberi contoh untuk kasus ini, Indosat, Freeport, Caltex.(Indosat dengan alasan yang tak jelas dijual ke pihak asing, sedangkan dua perusahaan berikutnya adalah representasi kapitalisme). Kenyataan yang sulit dipahami, adalah ketika para pemimpin dan pembuat keputusan negeri ini dengan patuhnya bahkan menyokong skenario IMF tersebut yang pada dasarnya adalah AMERIKA.
Sebenarnya ada sebuah skenario besar yang diciptakan negara-negara maju, dalam hal ini Amerika, untuk mempertahankan hegemoni kekuasaanya dalam bentuk neo-kapitalis yang ditakutkan oleh Ir Soekarno. Menurut John Perkins, Amerika menggunakan utang sebagai senjatanya untuk memperlemah posisi negara-negara berkembang, termasuk dalam hal ini Indonesia. Dengan memberikan hutang diluar kemampuan negara kita ditambah para pejabat yang korup, posisi tawar negara ini semakin melemah ketika terjadi negoisasi bisnis. Contoh sederhana adalah kasus blok Cepu yang baru-baru ini cukup menghebohkan. Intervensi pemerintah Amerika terhadap negoisasi bisnis, bahkan sang duta besar Amerika harus bergerilya untuk menekan para pejabat kita, termasuk didalamnya Presiden.
Privatisasi pendidikan, BUMN diikuti kenaikan harga minyak adalah efek mikro dari sebuah skenario besar tersebut. Semakin mahalnya pendidikan tentunya memperburuk SDM negeri ini, suatu ironisasi ketika murahnya bayaran SDM kita menjadi daya tawar negoisator pemerintah kita agar negara lain mau berinvestasi. Privatisasi BUMN rating atas yang mengakibatkan semakin berkurangnya cashflow pemerintah akan semakin memiskinkan negara ini, diikuti kenaikan harga minyak yang menyulut tingkat inflasi dan mengakibatkan rendahnya daya belia masyarakat Indonesia disertai dengan semakin jelasnya perbedaan antara kaya dan miskin. Penangkapan Ustad Abubakar Ba’asyir yang dianggap sebagai biang teroris adalah bagian dari penjajahan ideologi, yang notabene hingga saat ini tak pernah terbukti sebagai pelaku teroris. VOA ataupun MTV, penyebaran agresi budaya yang paling efektif.
Meurut John Perkins ada tiga skenario yang dijalankan oleh negara Amerika dalam melenggengkan hegemoni kekuasaannya. Pertama ialah melalui cara ekonomi, budaya, politik serta ideologi. Skenario pertama inilah yang tampaknya sedang berjalan diIndonesia. Dengan menguasai media massa, budaya, politik dan ideologi tentunya akan mudah memasukan paham-paham mereka. (Amerika). Jika skenario ini gagal maka akan ditempuh cara kedua the jackals (kumpulan srigala) dalam hal ini CIA. Tugas mereka ialah assasination(pembunuhan) terhadap kepala negara yang tidak patuh atau menggoyang pemerintahan. Kita bisa lihat bebrapa waktu lalu sempat terjadi gelombang demonstrasi di Iran, walaupun pada akhirnya rakyat Iran sadar. Terkahir adalah penyerangan terhadap wilayah kedaulatan negara dengan alasan yang dibuat-buat. Namuns tampaknya 2 skenario terkahir kecil kemungkinan terjadi pada negara kita ini. Hal ini karena negara kita merupakan sasaran easy target, artinya dengan plan A saja sudah tertaklukan, jadi Amerika tak perlu buang-buang energi seperti di Irak.
No comments:
Post a Comment